Situs ini adalah goretan pena tuk menyibak dan menjelaskan
Ia adalah perbaikan pada cela retak bangunan tarbiyah
Kalau mau, katakan ia adalah bisikan persaudaraan untuk menyembuhkan hati yang meradang
Jika mau katakanlah, ia adalah kalimat-kalimat tegas menyingkap hakikat sebuah pengakuan
Dikumpulkan kala menyeruak suara sumbang memerihkan pendengaran para du’at
Kalimat cercaan dan hinaan, menohok semangat mereka dengan lembing beracun ucapan pencela
Duhai, celaan sumbang itu, anehnya, tidak dibidikkan pada musuh nyata dan kaum munafik yang jelas kenifakannya
Namun disasarkan pada kaum yang merapati orang-orang shalih, serta beriring dalam perjuangan agama Allah dalam satu parit.
Sayangnya, mereka telah melampaui batas atas saudara-saudaranya, dan menimpakan panah nyasar mereka
Meng-klaim kebenaran adalah selempang mereka dan al-haq berada di bawah sorbannya, lalu meyempitkan sesuatu yang luas
Mendekatkan diri kepada Allah –karena kejahilan-, dengan menyakiti saudara-saudara seiman, asumsi mereka itu dapat mendekatkan kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.
Belumkah sampai pada mereka sabda Shadiqul Mashduq shallallahu alaihi wasallam: “…Ia (Allah Ta’ala) tidak menerima kecuali yang baik-baik…
MENGAPA KEHORMATAN ULAMA HARUS DIBELA ?
Pertama, sebab para ulama dan du’at di jalan Allah adalah pengemban risalah setelah para Nabi –alahimus salam-. Mereka adalah para penyampai agama Allah kepada manusia. Olehnya, jika goyah tsiqoh (kepercayaan) umat terhadap pada ulama dan du’at, maka siapa lagi yang akan mengarahkan umat pada kebaikan dan jalan keselamatan, khususnya pada zaman sekarang dimana sybhat dan fitnah begitu banyak merebak?
Kedua, sebab ghibah dalam segala ragamnya diharamkan. Bahkan tergolong salah satu dosa besar yang membinasakan. Dan lebih besar lagi keharamannya, jika korban ghibah itu adalah para ulama dan pemerintah yang memegang amanah urusan rakyat, seperti dinyatakan Fadhilatus Syaikh al-Allamah Ibnu Utsaimin –rahimahullah-.
Ketiga, sebab kebanyakan mereka yang gemar mengais-ngais aib dan cela para ulama dan du’at serta merasa gembira terhadap kesalahan itu lalu sengaja menghembuskannya –baik melalui majalah, buletin, kaset atau dalam majelis-majelis khusus mereka-, adalah orang-orang yang tidak diakui kadar keilmuan dan dakwah pada dirinya.
Keempat, mencederai kehormatan para ulama termasuk sebab su’ul khatimah (penutup umur yang jelek). Kami mohon kepada Allah Ta’ala keselamatan dan ‘afiyat.
MENGAPA Al-INSHOF LAHIR ?
Pertama, sebagai interpretasi sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang mulia, “Siapa yang membela kehormatan saudaranya, niscaya Allah Ta’ala akan membela (menyelamatkan) wajahnya dari api neraka pada hari kiamat“. (Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi (no. 1931) dan beliau menghasankan. Syaikh al-Albany menyatakan Shahih.
Kedua, Kebanyakan para ulama dan du’at yang terzalimi harga diri dan kehormatannya tidak melakukan pembelaan diri (tidak membantah). Dan sikap mereka –hafidzahumullah– ini merupakan inti dari hikmah. Jika mereka menyibukkan diri membantah, dapat dipastikan para penzalim bakal balik menghadapi mereka dengan bantahan lain. Akibatnya, akan habis umur dalam ranah bantah-membantah, dan bisa saja hal itu berubah menjadi masalah tendensius atau masuk dalam salah satu bagian riya’, yang tidak bertujuan melainkan untuk menjatuhkan lawan debat, menampilkan kekuatan hujjah, serta menampakkan keterampilan bersilat lidah. Padahal, yang demikian itu termasuk kerusakan yang membinasakan.
Ketiga, sebab merupakan fenomena menakutkan, sebagian manusia menganggap remeh dan sepele urusan pencemaran terhadap harga diri para ulama dan selain mereka, dengan dalih al-jarh wa at-ta’dil serta pemurnian dakwah.
Keempat, mirisnya, kebanyakan tudingan yang terbidik pada para ulama dan du’at atau tulisan-tulisan tentang mereka, tidak benar sama sekali. Yang demikian, saat klarifikasi pada sumber-sumber asli ditegakkan, nyata sekali hanya merupakan fitnah dan kedustaan atas mereka. Atau, hasil dari ta’wil dan tafsir pada sisi yang bukan merupakan maksud ucapan para ulama tersebut.
Sungguh benar perkataan seorang bijak : “betapa banyak perkataan yang benar namun celanya terdapat pada pemahaman yang keliru”.
Kelima, kami memandang banyaknya waktu terhambur percuma lantaran perlombaan –bantah-membantah- dalam masalah semacam ini. Alangkah lebih berguna jika waktu digunakan untuk menyibukkan diri menghapal kitabullah, menuntut ilmu syar’i, dan segala hal yang bakal ditanyakan atas seorang hamba pada hari kiamat.
Keenam, kami saksikan lahirnya permusuhan, hasad, dan dengki yang merebak lantaran masalah ini. Hanya karena salah satu pencela itu mendengar, bahwa si fulan memuji salah satu Syaikh –yang tertuduh- maka bergejolak kemarahannya, tidak tenang perasaannya hingga ia bertanya dengan nada ingkar, “Mengapa anda memuji seorang ahli bid’ah? Mengapa engkau memuji si fulan padahal ia telah mengatakan begini dan begitu? Tidakkah engkau mendengar kaset ini!!?? Lalu ia mengurai dari dadanya seluruh hapalan kesalahan-kesalahan sang duat -yang dipuji-. Akhirnya, keduanya keluar sementara dalam dada mereka berdua menjulang kedengkian bak gunung tinggi. Dan jika penyakit hasad telah menggerogoti hati maka kebaikan apapun yang dilakukan oleh orang yang ia hasad dengannya akan menjadi cela, orang yang hasad pada hakikatnya telah berbuat dzolim sekaligus merasa terdzolimi dengan kegundahan dalam hatinya, Keduanya tidak sadar, bahwa kesamaan akidah telah cukup baginya kendati terdapat perbedaan dalam tabiat seseorang.
Ketujuh, sebab nampak sekali, kebanyakan hujatan tenyata hanya dilatari hawa nafsu dan tendensi pribadi sadar ataupun tidak. Bukan masalah agama dan manhaj. Engkau melihat mereka lancang masuk dalam zona niat-niat para ulama. Simak perkataannya: “Mereka hanya mengharapkan kekuasaan, atau mereka menzahirkan mazhab salaf sementara menyembunyikan paham khawarij”, atau seperti perkataan mereka: “Fulan salafy zahirnya, namun batinnya ahli bid’ah“, atau “mereka hanya mengharapkan ketenaran dan agar manusia berkumpul pada mereka, memberi wala’ kepada ahli bid’ah dan membenci ahli hadits, dan selainnya berupa tudingan-tudingan berkaitan dengan tafsir niat para ulama, takwil maksud seseorang, serta persaksian atas apa yang ada dalam hati para ulama berupa niat-niat buruk. Padahal, persaksian mereka itu bakal ditulis dan akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat, Allah Ta’ala berfirman: “ Kelak akan ditulis persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban“. (Qs: Az-Zukhruf : 19).
Sungguh indah perkataan Imam Ibnul Qoyyim –rahimahulloh– ketika beliau berkata : “dan diantara hal yang menakjubkan adalah banyak diantara manusia yang mudah untuk menjaga diri-diri mereka dari memakan makanan yang harom, perbuatan dzolim, zina, pencurian serta meminum minuman keras dan memandang sesuatu yang diharomkan dst, namun mereka sulit untuk menjaga gerakan-gerakan lisan mereka”..
Kedelapan, fenomena sebagian pemuda yang mengarahkan al-wala dan al-bara’ berdasar pada figuritas seseorang. Dan ini adalah aplikasi kaidah mereka, “jika anda tidak bersama saya, maka anda adalah musuh bagiku“. Padahal, pemberian al-wala’ dan al-bara’ tidak boleh berdasar pada pribadi-pribadi dan tidak pula karena jama’ah tertentu. Akan tetapi harus di atas landasan akidah dan ittiba’ pada sunnah. Olehnya pembelaan kami terhadap para ulama dan du’at yang terteror kehormatannya bukan lantaran pembelaan pada pribadi-pribadi. Hanya saja ia berkaitan dengan pembelaan terhadap harga diri dan idzhar akan kemuliaan mereka. Syaikh al-Allamah Bakr bin Abdillah Abu Zaid –rahimahullah- berkata dalam muqaddimah bukunya, tashnifun Naas Baina ad-Dhon wa al-Yaqin: “Aku menolong mereka sebagai bentuk amar makruf karena Allah. Bukan pembelaan bagi pribadi-pribadi semata. Bahkan pembelaan terhadap kehomatan dan harga diri para ulama kaum muslimin termasuk para du’at dan orang-orang yang menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Sebab nampak apa yang mereka emban itu berupa petunjuk, kebaikan dan penjelasan. Fenomena tajrih (mengungkap aib dan cela) terhadap kehormatan mereka telah nyata, mengumbar tuduhan dan beragam hal-hal menyakitkan, serta menyulut api di sana sini, merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah, terjadi di seluruh penjuru, lalu disambung dengan suara-suara permusuhan…”
Kesembilan, sebab wabah tasykik (upaya menanamkan keraguan) terhadap para ulama, hujatan terhadap harga diri mereka serta upaya merongrong tsiqoh (kepercayaan) umat tidak hanya terjadi pada ulama dan du’at yang sering menjadi bulan-bulanan kezaliman mereka, namun merembet pula terhadap para Ulama Kibar yang sebelumnya tidak pernah terlintas oleh akal sehat bakal menemui hal serupa. Karena mereka adalah mercusuar dalam dakwah Akidah dan Manhaj. Jangan kaget kalau kita pernah mendengar sekelompok orang yang menyalahkan sebagian fatwa Lajnah Daimah yang beranggotakan jajaran ulama besar yang terkenal, dalam masalah-masalah iman. Wallahul musta’an, dan kami hanya mengatakan sebagaimana perkataan Asy-Syaikh al-Allamah Sa’ad Alu Humayyid –hafidzahullah– : “Jika kepercayaan umat terhadap ulama mereka telah goncang, maka kepada siapa lagi mereka harus percaya??”.
Allahu Akbar….. semoga Al-Inshof tetap berjaya…. baarakallahu fiikum..
Subhanallah… sangat bermanfaat. Terus maju dan jaga etika dalam da'wah…
Barakallahu fikum…
jazakumullahu khiran…. atas adanya situs ini.
bismilah…
ustadz yang ada di baji rupa jng hanya membrikan keluhan kepada umat indonesia yang terpuruk ini. tp berikan lah solusi seprti apa yang diberikan oleh ustadz yang ada di wahdah islamiyah….
semoaga dengan membaca artikel ini saudara2 kita disana (MANIS) akan sadar dan kembali kejalan yang benar, yaitu jalan persaudaraan yang dibangun diatas aQidah yang benar…amiin…
Subhanallah. Semoga menjadi pencerah kondisi Keislaman di Indonesia, khususnya dalam hal manhaj-manhaj yang ada. Semoga umat Islam dapat bersatu padu. Mungkin al inshof bisa menulis kajian ilmiyyah perihal PEMILU di Indonesia? Sepertinya masih banyak perdebatan disana dan butuh ilmu yang benar. Ana berharap tim alinshof bisa mengkajinya…Jazakallah khair
selamat atas usaha yang telah dibuat. semoga dapat menjadikan pencerahan bagi sebagian orang yang terkena syubhat….
BaarokaLLohu Fiikum..
Barakallahufikum. "Ya Allah jagalah keikhlasan dan komitmen mereka dalam membela dan memperjuangkan al haq"