12 Karakteristik Utama Ahlussunnah Wal Jama’ah
“Ahlussunnah Waljama’ah, merekalah golongan yang selamat dan kelompok yang akan ditolong oleh Allah”, tulis Syekh. Prof. DR. Nashir bin Abdul Karim al-‘Aql dalam risalah Mujmal Ushul Ahlissunnah Wal Jama’ah Fil ‘Aqidah. Beliau menuliskan kalimat di atas sebagai pembuka pembahasan seputar karakteristik dan sifat-sifat Khas Ahlussunnah Wal jama’ah yang merupakan bahasan terakhir dari kitab tersebut.
Ahlussunnah wal jama’ah, merekalah golongan yang selamat (Al-Firqah An-Najiyah) yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya. Beliau pernah bersabda bahwa ummat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Dari ketujuh puluh golongan tersebut yang selamat hanya satu, yaitu Al-Jama’ah. Selengkapnya berikut lafadz haditsnya sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Dalam riwayat At-Tirmidzi, dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:…، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“… Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.”
Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Jadi golongan selamat (Firqah Najiyah) yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah (1) Orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau dan para sahabat serta (2) Al-Jama’ah. Dari hadits ini pula muncul penamaan Ahlussunnah wal jama’ah. Ahlussunnah artinya pengikut Sunnah Nabi dan para Sahabat. Sedangkan al-Jama’ah yang dimaksud oleh Nabi dalam hadits tersebut adalah jama’ah kaum Muslimin, yakni para pendahulu ummat ini dari kalangan sahabat Nabi, Tabi’in, Atba’ut Tabi’in serta siapapun yang mengikuti manhaj dan petunjuk mereka dalam berislam.
Ahlussunnah waljama’ah juga satu-satunya kelompok yang akan senantiasa memperoleh pertolongan Allah (Ath-Thaifah Al-Manshurah), sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang membela kebenaran, yang tidak akan membahayakan mereka orang yang merendahkan mereka sampai datangnya keputusan Allah, dan mereka dalam keadaan demikian“. [Hadits Riwayat Muslim 3/1524].
Menurut Syeikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dalam hadits di atas adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. “Merekalah (Ahlussunnah) Thaifah Manshurah hingga datangnya hari kiamat”, tulis Ibn Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa jilid 4 halaman 97. “Mereka Eksis di Atas Al-Haq”, lanjutnya. “Karena Petunjuk (Al-Huda) dan agama yang benar (Dinul Haq) yang Allah utus Rasul-Nya sebagai pembawanya bersama dengan mereka”, jelasnya. “Dan dialah (Agama Islam) yang Allah jamin eksistensinya di atas seluruh agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi”, tegasnya lagi. Sebab ketika Allah berjanji dan menjamin akan menolong dan mengeksiskan Agama ini di atas seluruh agama, maka Ahlussunnah itulah Thaifah Manshurah yang akan ditolong oleh Allah sebagaimana dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. (Ma’alim Inthilaqatil Kubro, halaman 88).
Sebagai golongan yang selamat dan akan senantiasa ditolong oleh Allah, Ahlussunnah wal jama’ah memiliki ciri dan karasteristik khas yang membedakan mereka dengan lainnya. Ciri dan karakter tersebut menjadi ciri umum pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah, meskipun mereka sendiri bertingkat-tingkat dan berbeda-beda dalam kadar serta kualitas komitmen terhadap manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. “Wa Hum ‘Ala Tafawutihim Fima Bainahum (meskipun mereka memiliki tingkatan yang berbeda satu sama lain diantara mereka), Lahum Khashaih wa Simat Tumayyizuhum ‘an Ghairihim (mereka memiliki karakter khas dan ciri tertentu yang menjadi keistimewaan mereka dibanding yang lainnya)”, tulis Syekh al-‘Aql.
Menurutnya ada dua belas ciri khas dan karakteristik khusus yang menjadi keistimewaan Ahlussunnah Wal jama’ah, yaitu;
1. Perhatian terhadap Kitabullah (al-Qur’an) dengan menghafalnya, membaca, dan mempelajari Tafsirnya serta perhatian terhadap al-Hadits dengan mempelajari dan memahaminya serta memilah antara hadits shahih dan cacat (dha’if). Sebab keduanya merupakan sumber pengambilan ilmu (mashdar talaqqi). Ilmu mereka terhadap al-Qur’an dan hadits tersebut disertai dengan amal perbuatan.
2. Masuk ke dalam agama Islam secara keseluruhan. Mereka mengimani seluruh kandungan al-Qur’an. Mereka mengimani ayat-ayat janji (nushushul wa’di) dan ancaman (nushushuhl wa’id). Mereka juga mengimani ayat-ayat yang menetapkan sifat Allah dan ayat-ayat yang mensucikan Allah dari sifat kekurangan. Mereka mengimani takdir dan menetapkan adanya kehendak, iradat, dan perbuatan hamba. Sebagaimana mereka juga menggabungkan antara ilmu dan ibadah, kekuatan dan kasih sayang, serta menempuh sebab (sarana) dan zuhud.
3. Ittiba’ dan meninggalkan bid’ah dan senantiasa menjunjung persatuan (ijtima’) serta meninggalkan perpecahan dan perbedaan dalam beragama.
4. Meneladani (iqtda’) dan mengikuti petunjuk (ihtida’) para imam pembawa petunjuk yang kredibel (aimmatul huda al-‘udul) yang menjadi teladan dalam ilmu, amal, dan dakwah, yakni para sahabat dan orang-orang yang menapaki jalan mereka, serta menjauhi apa dan siapapun yang menyelisihi jalan mereka.
5. Tawassuth (Pertengahan), Dalam aspek Aqidah Ahlussunnah wal jama’ah adalah pertengahan antara sekte yang ekstrim (ghuluw) dan memudah-mudahkan (tafrith), demikian pula dalam aspek amal dan suluk, mereka pertengahan antara yang menyulit-nyulitkan (mufrithin) dan meremehkan (mufarrithin).
6. Hirsh (keinginan yang serius) untuk menyatukan kaum Muslimin di atas kebenaran, dan menyatukan barisan mereka di atas tauhid dan ittiba’, serta menjauhkan seluruh faktor yang dapat menjerumuskan kepada perselisihan dan perpecahan diantara mereka.
Mereka tidak berbeda dengan ummat Islam secara umum dalam pokok-pokok Agama (Ushuluddin) selain nama Sunnah dan Jama’ah. Sehingga mereka tidak membangun loyalitas dan permusuhan di atas satu ikatan tertentu selain Islam dan Sunnah.
7. Da’wah (mengajak) kepada Allah, beramar ma’ruf nahyi munkar, berjihad dan menghidupkan Sunnah serta melakukan Tajdid (pembaharuan) dalam Agama, menafikan bid’ah dan perkara-perkara baru serta menegakkan syariat dan hukum Allah dalam segala aspek baik yang besar maupun yang kecil.
8. Inshaf (obyektif) dan adil, mereka mengedepankan hak Allah Ta’ala di atas hak pribadi atau kelompok. Oleh karena itu mereka tidak berlebihan dalam memberikan wala (loyalitas) kepada seseorang atau kelompok, tidak melampaui batas dalam menyikapi pihak yang memusuhi, serta tidak menjilat kepada sipemilik keutamaan/kelebihan bagaimanapun keutamaannya.
9. Bersepakat dalam pemahaman dan memiliki sikap (mauqif) yang sama, meskipun mereka berjauhan tempat tinggal dan zaman. Hal ini merupakan buah dari kesatuan masdar dan talaqqi (sumber dan motde pengambilan ilmu).
10. Ihsan (bersikap baik), rahmah (pengasih) serta berakhlaq baik kepada seluruh manusia.
11. Memurnikan Tauhid hanya kepada Allah semata, beriman kepada Al Qur’an, menunaikan hak-hak Al-Qur’an, beriman kepada Rasul Allah, senantiasa mengikuti sunnahnya, taat terhadap pemimpin kaum muslimin dalam kebenaran, dan saling berta’awun dan menasehati sesama kaum muslimin dalam kebenaran dan ketaatan.
12. Perhatian terhadap urusan kaum Muslimin dan menolong mereka, serta menunaikan hak-hak mereka dan menahan diri dari menyakiti mereka.
Wallahu A’lam.