Kokohkan Keyakinan Menyongsong Kemenangan Umat Islam atas Kaum Yahudi di Akhir Zaman
Nubuwat al-Qur’an dan Hadis Nabi saw tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi
Redaksi Ayat:
Berbesar hatilah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Q.S. al-Isra’: 4-8:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا (4) فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا (5) ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (6) إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7) عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (8)
Terjemahnya:
“Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. al-Isra’: 4-8)
Fikih Ayat:
Pertama: Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Qur’an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Allah mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka.
Kedua: Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama.
Allah mengatakan: “Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
Ketiga: Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta’kid (penegasan) pada masa mendatang.
Keempat: Demikian pula firman Allah: “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.
Kelima: Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas : “kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar”. Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata “kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.
Keenam: Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan-bangunan tersebut.
Kesimpulan: Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat al-Israa’ di atas.
Realita: Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis. Mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita, orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan diri. Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai puncaknya. Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan darah, pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan pelanggaran perjanjian.
Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan telah mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung sekarang.
Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Allah?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan menginjak-injaknya?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi anak-anak, orang tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka dengan bebatuan?
Adakah aksi pengrusakan yang lebih besar daripada pernyataan perang secara terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru dakwahnya?
Sungguh demi Allah, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!
Lalu Allah Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya: “dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
Artinya, hamba-hamba Allah kelak akan meruntuhkan apa saja yang dibangun dan dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada masa kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang diberkahi.
Kami katakan kepada mereka: Dirikanlah terus wahai anak keturunan Zionis, tinggikan bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin Allah. Dan tak lama lagi kalian akan luluh lantah dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan Allah takkan memungkiri janjinya: “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.
Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan pada kali yang kedua. Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum muslimin akan berakhir. Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan yang kedua merupakan lanjutan dari yang pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil Aqsha yang pertama akan berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya merupakan peristiwa baru. Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama telah berakhir sesudah bangsa Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa wilayah tanah Palestina lainnya dalam satu serangan yang sangat sporadis pada tahun 1967, orang-orang menyebutnya tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948 mereka sebut dengan tahun kemalangan.
Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor penghalang yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu merupakan musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela Islam.
Maka kita harus membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat perhitungan dengan mereka serta menyalakan api kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka tanda-tanda kemalangan dan kehinaan. Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsha –insya Allah– sebagaimana kaum salafus shalih menguasainya pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya: “dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama”.
Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Allah dan kebenaran berita-berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin bergembira dengan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla. [Lihat Kitab: Al-Jama’at al-Islamiyyah fi Dhou’il Kitaabi was Sunnah, karya Syekh Salim bin Ied al-Hilaly, Pustaka Imam Bukhari, Jilid I, cet. I, Juni 2003, hal. 90-108.
Redaksi Hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صلى الله عليه وسلم: لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتّى يُقَاتِلَ الْمُسْلمُوْنَ اليَهُوْدَ، فَيَقْتُلُهُمْ المُسْلِمُوْنَ، حَتَّى يَخْتَبِيءَ اليَهُوْدِيُّ مِنْ وَرَاءِ الحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُوْلُ الحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ ياَ عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُوْدِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ فَاقْتلْه إِلَّا الغَرْقَدَ، فَإِنَّهَ مِنْ شَجَرِ اليَهُوْدِ
Artinya:
Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi sampai kaum muslimin mengalahkan mereka, sampai orang-orang Yahudi bersembunyi di belakang bebatuan dan pepohonan. Bebatuan dan pepohonan itu menyeru, ‘Wahai orang muslim wahai hamba Allah, ada orang Yahudi yang bersembunyi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah ia!’ Kecuali pohon Garqad, ia adalah pohon Yahudi.’” (HR. Muslim dan Ahmad)
Takhrij Hadis:
Hadis dengan lafaz di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim (2922) dan Imam Ahmad (9398) dari jalur Qutaibah bin Said, dari Ya’qūb bin Abdurrahman al-Zuhri, dari Suhail bin Abu Ṣālih, dari Abu Ṣālih Zakwan al-Samman, dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, dari Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam.
Sanad ini merupakan salah satu mata rantai sanad termasyhur dari Abu Hurairah, yaitu jalur periwayatan Suhail bin Abu Ṣālih, dari Abu Ṣālih Zakwān al-Sammān, dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu.
Penjelasan Hadis:
Hadis ini merupakan sebuah informasi terkait sebuah peristiwa dahsyat yang terjadi di akhir zaman, bahkan menandai dekatnya dunia dengah hari kiamat. Peristiwa besar ini merupakan bagian dari sunnah kauniyyah yang telah ditetapkan oleh Allah azza wajalla bagi manusia. Sebagai seorang muslim kewajiban kita adalah meyakini dan mempercayai kebenaran kejadian ini pada waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam,
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتّى يُقَاتِلَ الْمُسْلمُوْنَ اليَهُوْدَ
Artinya: “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi.”
Nampaknya perang ini adalah perang besar dan final yang terjadi antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, sebab perang ini terjadi pada masa turunnya Nabi Isa ‘alaihi al-salam ke dunia di akhir zaman, yang mana kemudian beliau beserta kaum muslimin berperang melawan dajal yang didukung oleh kaum Yahudi, [Irsyādu al-Sāri karya al-Qastalāni (5/105), dan ‘Umdatu al-Qāri karya Badruddin al-Aini (21/426)] maka perang ini adalah perang yang sangat dahsyat.
Jika demikian, maka peperangan ini merupakan salah satu tanda kiamat besar, bahkan termasuk tugas Nabi Isa ‘alaihi al-salam ketika diturunkan ke bumi di akhir zaman, yaitu memimpin kaum muslimin berperang melawan dajal, yang mayoritas pendukung dan pasukannya adalah kaum Yahudi, dan Imam Muslim meletakkan hadis ini setelah hadis tentang 10 tanda kiamat besar yang mengindikasikan bahwa peristiwa ini termasuk dalam perincian peristiwa tanda kiamat besar, yaitu munculnya dajal dan turunnya Nabi Isa.
Ibnu Taimiyah mengatakan,
اليهودُ إِنَّما يَنتَظِرونَ المَسيحَ الدَّجّالَ، فَإِنَّهُ الَّذي يَتبَعُهُ اليَهودُ، وَيَخرُجُ مَعَهُ سَبعونَ أَلفَ مُطيلَسَ مِن يَهودِ أَصبهانَ، وَيَقتُلُهُمُ المُسلِمونَ مَعَهُ، حَتّى يَقولَ الشَّجَرُ وَالحَجَرُ: يا مُسلِمُ! هَذا يَهوديٌّ وَرائي فَتَعالَ فَاقتُلهُ.
Artinya:
“Sesungguhnya kaum Yahudi menunggu kedatangan dajal karena merekalah yang menjadi pengikut dajal, dan ikut berperang bersama dajal tujuh puluh ribu kaum Yahudi dari Asbahan melawan kaum muslimin, sampai bebatuan dan pepohonan menyeru, “Wahai orang muslim, ada orang Yahudi yang bersembunyi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah ia!” [Al-Jawāb al-Sahīh liman Baddala dīna al-Masīh (2/30)]
Namun sebagian ulama berpendapat bahwa ada kemungkinan perang yang diinformasikan oleh hadis di atas terjadi sebelum diturunkannya Nabi Isa ‘alaihi al-salam, yang mana ada suatu masa keadaan kaum muslimin membaik, sehingga mereka bersatu di atas kebenaran dan hidayah, dan dipimpin oleh pemimpin yang adil dan saleh sehingga mereka dianugerahi kemenangan dalam peperangan melawan bangsa Yahudi. [https://binbaz.org.sa/fatwas/13685]
Menurut interpretasi ini, maka kandungan hadis ini adalah bagian dari tanda kiamat kecil.
Sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam,
فَيَقْتُلُهُمْ المُسْلِمُوْنَ
Artinya: “Sampai kaum muslimin mengalahkan mereka.”
Ini adalah berita gembira bagi kaum muslimin bahwa kemenangan bersama mereka dalam peperangan tersebut.
Sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam,
حَتَّى يَخْتَبِيءَ اليَهُوْدِيُّ مِنْ وَرَاءِ الحَجَرِ وَالشَّجَرِ
Artinya: “Sampai orang-orang Yahudi bersembunyi di belakang bebatuan dan pepohonan.”
Ini adalah gambaran kekalahan dan kehinaan yang melingkupi kaum Yahudi dalam perang tersebut, sampai mereka harus menyelamatkan diri dengan bersembunyi di belakang pepohonan dan bebatuan, bahkan di dalam riwayat yang lain, ada informasi dari Rasulullah yang lebih miris,
فَيَفِرَّ الْيَهُودِيُّ وَرَاءَ الْحَجَرِ
Artinya: “Sampai kaum Yahudi melarikan diri di belakang bebatuan.” [Musnad Ahmad (9172)]
Lafaz ini mendeskripsikan kekalahan telak bagi mereka.
Sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam,
فَيَقُوْلُ الحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ ياَ عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُوْدِيٌّ خَلْفِي ، فَتَعَالَ فَاقْتلْه
Artinya: “Bebatuan dan pepohonan itu menyeru, ‘Wahai orang muslim wahai hamba Allah, ada orang Yahudi yang bersembunyi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah ia!’“
Bahkan ketika kaum Yahudi telah terbirit-birit bersembunyi di belakang bebatuan dan pepohonan, hal tersebut bukan solusi bagi mereka, mereka akan tetap dikejar dan diperangi, seakan tidak ada jalan keluar bagi mereka kecuali mati atau menyerah kalah.
Bicaranya bebatuan dan pepohohan kepada kaum muslimin pada perang tersebut memiliki dua interpretasi di kalangan para ulama,
Pertama: aktifitas bicara bebatuan dan pepohonan kepada kaum muslimin adalah makna hakiki, Allah azza wajalla yang menjadikan mereka mampu berbicara pada saat itu.
Kedua: sebagian ulama berpendapat bahwa makna dari bicara di atas bukan makna secara hakiki, tapi secara majaz. [‘Umdatu al-Qāri karya Badruddin al-Aini (21/426)]
Kendati makna yang pertama sangat aneh dan ganjil menurut pandangan manusia, namun hal tersebut bukan mustahil bagi kemampuan dan kekuatan Allah azza wa jalla [‘Umdatu al-Qāri karya Badruddin al-Aini (21/426)], apalagi banyak peristiwa yang terjadi di akhir zaman yang lebih aneh dan ganjil dari sekedar bicaranya bebatuan dan pepohohan, seperti munculnya dajal dengan segala kemampuannya, muncul Yakjuj dan Makjuj, munculnya hewan besar yang dapat berbicara, dan terbitnya matahari dari arah barat dan sebagainya.
Sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam,
إِلَّا الغَرْقَدَ، فَإِنَّهَ مِنْ شَجَرِ اليَهُوْدِ
Artinya: “Kecuali pohon Garqad, ia adalah pohon Yahudi.”
Pohon Garqad adalah salah satu jenis pohon yang berduri yang banyak tumbuh di Baitulmaqdis (Palestina). Di sanalah dajal dibunuh dan terjadi peperangan dengan Yahudi. [Al-Minhāj Syarhu Sahīh Muslim karya Imam Nawawi (18/45)]
Lafaz ini secara implisit memaparkan tentang lokasi kejadian perang dahsyat ini, yaitu di Baitulmaqdis, Palestina, sebab pohon Garqad banyak tumbuh di daerah tersebut.
Faedah Hadis:
- Hadis ini merupakan salah satu tanda kenabian Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wasallam dan kebenaran risalahnya, sebab kandungan hadis ini merupakan informasi terkait peristiwa yang akan datang yang termasuk ke dalam perkara gaib.
- Hadis ini menunjukkan kekalnya agama Islam sampai datangnya hari kiamat.
- Diantara sunnah kauniyyah yang ditetapkan oleh Allah, dan merupakan salah satu tanda besar datangnya hari kiamat adalah terjadinya perang dahsyat antara kaum muslimin melawan bangsa Yahudi, dan lokasi dari perang tersebut adalah di bumi Palestina.
-Dalam perang ini, semua pepohonan dan bebatuan membantu kaum muslimin untuk memerangi bangsa Yahudi, kecuali pohon Garqad. [https://www.dorar.net/hadith/sharh/61547]
-Kaum muslimin dianugerahi kemenangan yang gemilang dalam pertempuran ini.
-Di antara tanda yang barangkali dapat dijadikan indikasi kebenaran dari peperangan ini adalah berkumpulnya orang-orang Yahudi di negeri Palestina pada zaman ini, padahal sebelumnya mereka hidup berpencar dan tidak memiliki tempat dan negara khusus untuk mereka tinggali bersama.
- Keutamaan negeri Syam, terkhusus Palestina, yang mana di akhir zaman negeri ini menjadi saksi terjadinya peristiwa besar dan dahsyat.
- Hadis ini menegaskan keutamaan kaum muslimin yang hidup di bumi Syam secara umum, dan secara khusus kaum muslimin yang hidup di Palestina yang berperang dengan bangsa Yahudi, sebab pohon Garqad banyak tumbuh di negeri tersebut, dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda,
لَا يَزَالُ أَهْلُ الْغَرْبِ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ
Artinya: “Akan senantiasa Ahlu al-Garb dimenangkan di atas kebenaran sampai datang hari kiamat.” [Sahih Muslim (1952)]
Banyak interpretasi terkait lafaz Ahlu al-Garb, di antaranya adalah penduduk Syam, dan di dalam riwayat yang lain, “Mereka di Baitulmaqdis.”[Al-Minhāj Syarhu Sahīh Muslim karya Imam Nawawi (13/68)]
Dan di dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوهُمْ يَا أَهْلَ الشَّامِ
Artinya: “Akan senantiasa ada sekelompok di kalangan umatku yang dimenangkan di atas kebenaran, dan sungguh aku berharap kelompok tersebut adalah kalian wahai penduduk Syam.”[Musnad Ahmad (19290)]
Hadis di atas menunjukkan pula bahwa:
Pertama: Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin dan bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.
Kedua: Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya di bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin untuk membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.
Ketiga: Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan kehinaan akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.
Keempat: Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna” (Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan lam dan nun sebagai ta’kid (penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa masa depan adalah milik Islam saja –biidznillahi-, namun haruslah dengan metode para sahabat Nabi dan kaum salaf yang shalih.
Kelima: Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai hamba Allah…” yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan al-‘Ubudiyah (penghambaan) yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat Islam di muka bumi dan melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj nabawi. [Lihat: Hadisu Qitaali al-Yahuudi Riwaayatan wa Dirooyatan, karya Syekh Ali Hasan al-Halabi, dalam Majalah al-Asholah, no. 30, th. V, hal. 7-8.]
Perang Antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi
Dan di antaranya adalah kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi di akhir zaman. Hal itu terjadi karena orang-orang Yahudi termasuk pasukan Dajjal. Kaum muslimin yang merupakan pasukan Nabi ‘Isa Alaihissalam memerangi mereka, hingga pepohonan dan bebatuan berkata, “Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Orang Yahudi ini ada di belakangku, kemarilah! Bunuh dia!”
Kaum muslimin pernah memerangi orang-orang Yahudi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengalahkan mereka dan melenyapkan (mengusir) mereka dari Jazirah Arab; sebagai bentuk ketaatan terhadap sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لأُخْرِجَنَّ اليَهُودَ، والنَّصارَى مِن جَزِيرَةِ العَرَبِ حتَّى لا أدَعَ إلَّا مُسْلِمًا.
Artinya: “Sungguh, aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab sehingga aku tidak meninggalkan (di dalamnya) kecuali seorang muslim.” [Shahiih Muslim, kitab al-Jihaad was Sair, bab Ijlaalil Yahuud wal Hijaaz (XII/ 92, Syarh an-Nawawi)]
Akan tetapi, peperangan ini bukanlah peperangan yang merupakan tanda Kiamat, yang diterangkan dalam berbagai hadis shahih. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa kaum muslimin akan memerangi mereka ketika Dajjal keluar dan ketika Nabi ‘Isa Alaihissallam turun.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu anhu sebuah hadis panjang tentang khutbah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana matahari… (di dalamnya beliau menyebutkan Dajjal, beliau bersabda):
وَإِنَّهُ يَحْصُرُ الْمُؤْمِنِينَ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَيُزَلْزَلُونَ زِلْزَالاً شَدِيدًا، ثُمَّ يُهْلِكُهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجُنُودَهُ، حَتَّى إِنَّ جِذْمَ الْحَائِطِ -أَوْ قَالَ: أَصْلَ الْحَـائِطِ، وَقَالَ حَسَنٌ اْلأَشْيَبُ: وَأَصْلَ الشَّجَرَةِ- لَيُنَادِي -أَوْ قَالَ: يَقُولُ- يَا مُؤْمِنُ! -أَوْ قَالَ يَا مُسْلِمُ: هَذَا يَهُودِيٌّ- أَوْ قَالَ: هَذَا كَافِرٌ تَعَالَ فَاقْتُلْهُ. قَالَ: وَلَنْ يَكُونَ ذَلِكَ كَذَلِكَ حَتَّـى تَرَوْا أُمُورًا يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي أَنْفُسِكُمْ، وَتَسَاءَلُونَ بَيْنَكُمْ: هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ لَكُمْ مِنْهَا ذِكْرًا؟
Artinya:
“Sesungguhnya Dajjal akan mengepung kaum muslimin di Baitul Maqdis, lalu terjadi satu gempa yang sangat dahsyat, akhirnya Allah membinasakannya beserta bala tentaranya, sampai-sampai pangkal dinding, (Hasan al-Asyyab [Dia adalah Abu ‘Ali al-Hasan bin Musa al-Asyyab al-Baghdadi ats-Tsiqah. Hakim di Thibristan, Maushil dan Himsh. Imam Ahmad meriwayatkan dari beliau, wafat pada tahun 208, atau 209, atau 210 t. Lihat Tahdziibut Tahdziib (II/323)] berkata, ‘Akar pepohonan’) akan berkata, ‘Wahai mukmin! -atau wahai muslim, ini seorang Yahudi- atau seorang kafir -kemarilah, bunuh dia!’ Beliau berkata, “Hal itu tidak akan pernah terjadi hingga kalian melihat berbagai perkara semakin gawat dalam diri kalian dan kalian saling bertanya-tanya, “Apakah Nabi kalian pernah menyebutkan kepada kalian tentangnya?” [Musnad Imam Ahmad (V/16, Muntakhab Kanzul ‘Ummal). Ibnu Hajar berkata, “Sanadnya hasan.” Fat-hul Baari (VI/610)]
Syaikhani Meriwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّـى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّـى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ! يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ، فَاقْتُلْهُ، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ.
Artinya:
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi dan membunuh mereka sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, kemudian batu dan pohon berkata, ‘Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Orang Yahudi ini di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia!” Kecuali gharqad, [Al-Gharqad: An-Nawawi berkata, “Semacam pohon yang berduri, terkenal di negeri al-Maqdis, dan di sanalah Dajjal dan orang-orang Yahudi akan diperangi.” Syarh Muslim (XVIII/45)] karena ia adalah pohon orang Yahudi.” [Shahih al-Bukhari, kitab al-Jihaad, bab Qitaalul Yahuudi (VI/103, al-Fat-h), dan Shahih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/44-45, Syarh an-Nawawi)] Ini adalah lafazh dalam riwayat Muslim.
Yang nampak jelas dari redaksi hadis bahwa batu dan pohon berbicara secara hakiki. Hal itu karena terjadinya pembicaraan dengan benda mati telah tetap dalam hadis-hadis yang lain yang membahasnya. Telah kami jelaskan hal ini dalam satu pembahasan tersendiri, karena hal ini termasuk tanda-tanda Kiamat.
Jika benda mati berbicara waktu itu, maka tidak ada faktor pendorong yang memberikan kemungkinan bahwa berbicaranya batu dan pohon itu sebagai majas (kiasan), sebagaimana hal ini difahami oleh sebagian ulama. [Lihat Hidaayatul Baari ila Tartiibi Shahiih al-Bukhaari (I/317), dan al-‘Aqaaidul Islaamiyyah, karya Sayyid Sabiq (hal. 54). Ibnu Hajar memilih pendapat yang menyatakan bahwa pohon dan batu berbicara secara hakiki. Lihat Fat-hul Baari (VI/610)] Sesungguhnya tidak ada dalil sama sekali yang menharuskan membawa lafazh tersebut kepada makna lain selain dari makna hakikinya. Bahkan benda mati yang berbicara telah dijelaskan pula di dalam berbagai ayat:
أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ
Terjemahnya: “… Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata…” (QS. Fushshilat/41: 21)
Dan firman-Nya:
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
Terjemahnya: “… Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka…” (QS. Al-Israa/17’: 44)
Dijelaskan di dalam hadis Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu, dia berkata:
خَطَبَنَا رَسُـولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَكْثَرُ خُطْبَتِهِ عَنِ الدَّجَّالِ، وَحَذَّرَنَاهُ (فَذَكَرً خُرُوْجَهُ، ثُمَّ نُزُولَ عِيْسَى عَلَیهِ السَّلام لِقَتْلِهِ، وَفِيْهِ) قَالَ عِيسَـى عَلَیهِ السَّلام: افْتَحُوا الْبَـابَ! فَيُفْتَحُ وَوَرَاءَهُ الدَّجَّالُ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ يَهُودِيٍّ، كُلُّهُمْ ذُو سَيْفٍ مُحَلًّى وَسَاجٍ، فَإِذَا نَظَرَ إِلَيْهِ الدَّجَّالُ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِـي الْمَاءِ وَيَنْطَلِقُ هَارِبًا وَيَقُولُ عِيسَى عَلَیهِ السَّلام: إِنَّ لِي فِيكَ ضَرْبَةً لَنْ تَسْبِقَنِـي بِهَا فَيُدْرِكُهُ عِنْدَ بَابِ اللُّدِّ الشَّرْقِيِّ فَيَقْتُلُهُ فَيَهْزِمُ اللهُ الْيَهُودَ، فَلاَ يَبْقَـى شَيْءٌ مِمَّا خَلَقَ اللهُ يَتَوَارَى بِهِ يَهُودِيٌّ إِلاَّ أَنْطَقَ اللهُ ذَلِكَ الشَّيْءَ، لاَ حَجَرَ وَلاَ شَجَرَ وَلاَ حَائِطَ وَلاَ دَابَّةَ إِلاَّ الْغَرْقَدَةَ، فَإِنَّهَا مِنْ شَجَرِهِمْ لاَ تَنْطِقُ.
Artinya:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan kami, isi khutbahnya yang paling banyak adalah tentang, dan memberikan peringatan kepada kami darinya, (lalu beliau menuturkan tentang keluarnya Dajjal, kemudian turun-nya Nabi ‘Isa Alaihissallam untuk membunuhnya, di dalamnya diungkapkan): ‘Isa Alaihissallam berkata, ‘Bukakanlah pintu!” Lalu pintu dibukakan dan di belakangnya ada Dajjal bersama 70.000 orang Yahudi semuanya memegang pedang, memakai perhiasan dan jubah.[(اَلسَّاجُ) ia adalah jubah besar yang kasar, ada juga yang mengatakan jubah yang dilapisi ter (cairan aspal), dan ada juga yang mengatakan jubah hijau. Lihat Lisaanul ‘Arab (II/302-303)] Jika Dajjal melihatnya (Nabi ‘Isa), maka ia akan mencair bagaikan garam yang larut di dalam air. Dia akan kabur, sementara Nabi ‘Isa berkata, “Sesungguhnya aku memiliki satu pukulan yang belum pernah aku lakukan,’ lalu beliau mendapati Dajjal di pintu Ludd sebelah timur, lalu membunuhnya. Akhirnya Allah menghancurkan kaum Yahudi, tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan oleh Allah di mana orang Yahudi berlindung di belakangnya melainkan Allah menjadikannya dapat berbicara, baik batu, pohon, dinding, dan binatang, kecuali gharqad karena ia adalah pohon mereka, pohon itu tidak bisa berbicara.” [Sunan Ibni Majah (II/1359-1363) (no. 4077). Ibnu Hajar berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan panjang lebar, asalnya terdapat dalam riwayat Abu Dawud, dan yang semisalnya dalam hadis Samurah pada riwayat Ahmad dengan sanad yang jayyid, dan diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab al-Iimaan dari hadis Hudzaifah dengan sanad yang shahih.” Fat-hul Baari (VI/610)] Hadis ini dengan jelas menyatakan berbicaranya benda-benda mati.
Demikian pula pengecualian pohon gharqad dari berbagai macam benda mati, di mana pohon ini tidak mengabarkan keberadaan orang Yahudi karena ia adalah pohon mereka. Kenyataan ini menunjukkan bahwa benda mati berbicara secara hakiki, seandainya makna dari berbicara tersebut sebagai kiasan, niscaya tidak akan ada tujuan yang jelas terhadap pengecualian ini.
Dan seandainya kita memahami pembicaraan benda mati sebagai kiasan, niscaya hal itu bukan merupakan sesuatu yang istimewa dalam memerangi kaum Yahudi di akhir zaman, dan kekalahan mereka di hadapan kaum muslimin sama dengan kekalahan orang-orang kafir lainnya yang dikalahkan oleh kaum muslimin. Sementara itu, tidak ada satu riwayat pun yang menjelaskan peperangan mereka (kaum kafir) seperti penjelasan tentang peperangan melawan kaum Yahudi, berupa pemberitahuan benda mati terhadap mereka yang bersembunyi.[Lihat Ithaaful Jamaa’ah (I/337-338)] Jika kita perhatikan bahwa hadis ini menjelaskan keanehan yang terjadi di akhir zaman yang merupakan tanda Kiamat. Hal itu menunjukkan bahwa bicaranya benda mati ketika (kaum muslimin) memerangi kaum Yahudi adalah sesuatu yang pasti ada (hakiki), dan bukan kiasan dari penampakan mereka di hadapan kaum muslimin, juga bukan kiasan dari kelemahan mereka dalam menahan serangan kaum muslimin, sebagaimana dikatakan. [Lihat: kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M]
Menyikapi Kebiadaban Zionis Israel Hari Ini
Tidak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan pembantaian IsraelIsrael kembali menumpahkan darah kaum Muslimin di Gaza, Palestina. Ratusan Muslim tewas dirudal zionis yahudi dan ribuan lainnya luka-luka. terhadap rakyat Palestina selain kata “BIADAB”.
Percik darah masih terus tercecer di Serambi Al-Quds. Rintihan dari mulut-mulut kecil dan tak berdosa, bocah-bocah malang Palestina menjadi saksi betapa kekejaman kaum Yahudi—laknatullah—masih terus terjadi di bumi suci Palestina.
Ketika darah kaum Muslimin ditumpahkan dengan sewenang-wenang oleh Yahudi Israel, maka bagaimana seharusnya sikap yang harus diambil seorang Muslim?
1. Mendoakan Rakyat dan Mujahidin Palestina dan membaca Qunut Nazilah dalam Shalat
Di antara orang yang doanya mustajab adalah doa seorang Muslim terhadap saudaranya dari tempat yang jauh. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallambersabda, artinya, “Tidaklah seorang Muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak berada di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata, “Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan”.” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadis di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang Muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh. Jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka ia tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Karena itu, sebagian ulama Salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri, mereka menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena di samping terkabul, dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya.”
Adapun qunut, secara istilah adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani—rahimahullah, “Suatu doa di dalam shalat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri.” (Fathul Bari, 2/490.) Dan nazilah artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, peperangan, penganiayaan dan sebagainya.
Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah dan kezaliman.
Imam Syafi’i—rahimahullah—berkata, “Apabila turun musibah kepada kaum Muslimin, disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh shalat wajib.” (Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279).
Soal lafal, tidak ada hadis dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya doa khusus dalam qunut nazilah. Karenanya, seseorang boleh berdoa dengan doa yang sesuai dengan keadaan orang yang tertimpa musibah.
Contoh Doa Qunut Nazilah atas Tragedi Palestina:
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُودِ الْمُعْتَدِيْن الَّذِيْنَ قَتَلُوا إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْن ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُم
لاَ يُعْجِزُونَكَ ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ ، اللَّهُمَّ أَحْصِهِمْ عَدَداً
وَاقْتُلْهُمْ بَدَداً وَلاَ تُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ وَعَلىَ مَنْ عَاوَنَهُمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْن
Artinya:
Ya Allah turunkanlah hukumanMu atas kaum Yahudi yang telah melakukan kezhaliman dengan membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina, Ya Allah hukumlah mereka sesungguhnya mereka tak mampu melemahkanMu, Ya Allah cerai beraikan mereka porak porandakan kesatuan mereka dan turunkanlah balasanMu atas mereka, Ya Allah kumpukan dan binasakanlah mereka dan jangalah Kamu sisakan sedikitpun dari mereka, Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yang membantu mereka balasanMu yang tidak dapat ditolak oleh kaum pembuat kezhaliman
اللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
Artinya:
Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah di Palestina, Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari isolasi dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini, Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang luka dan sakit dari kalangan mereka, Ya Allah tetaplah bersama mereka dan jauhilah musuh-musuh mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dariMu
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى الْيَهُوْدِ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِيْن ، اللَّهُمَّ سَدِّدْ سَهْمَهُمْ وَوَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ يَا حَيُّ يَاقَيُّوْمُ
Artinya:
Ya Allah turunkanlah pertolonganMu buat kaum mujahidin di Palestina, Ya Allah tolonglah mereka menghadapi kaum Yahudi dan penolong-penolong mereka dari kalangan kuffar dan kaum munafiq, Ya Allah tepatkanlah bidikan mereka, rapatkanlah shaf perjuangan mereka dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran Ya Hayyu Ya Qayyum.
Tambahan:
Di antara orang yang doanya mustajab adalah doa seorang Muslim terhadap saudaranya dari tempat yang jauh. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallambersabda, artinya, “Tidaklah seorang Muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak berada di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata, “Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan”.” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang Muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh. Jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka ia tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Karena itu, sebagian ulama Salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri, mereka menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena di samping terkabul, dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya.”
Adapun qunut, secara istilah adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani—rahimahullah, “Suatu doa di dalam shalat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri.” (Fathul Bari, 2/490.) Dan nazilah artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, peperangan, penganiayaan dan sebagainya.
Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah dan kezaliman.
Imam Syafi’i—rahimahullah—berkata, “Apabila turun musibah kepada kaum Muslimin, disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh shalat wajib.” (Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279).
Soal lafal, tidak ada hadis dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya doa khusus dalam qunut nazilah. Karenanya, seseorang boleh berdoa dengan doa yang sesuai dengan keadaan orang yang tertimpa musibah.
Lafal qunut di atas tidak semuanya dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam. Olehnya, tidak ada keterkaitan dengannya apalagi menganggapnya sebagai doa yang disunnahkan. Dan bagi yang mampu menyusun doa dalam bahasa Arab yang sesuai dengan keadaan musibah, tidak ada larangan baginya untuk berdoa dengannya.
2. Mengumpulkan Bantuan baik Dana maupun Harta Benda dan Mengirimkannya melalui LSM terpercaya
Pada peristiwa perang Tabuk, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallammembuka kesempatan kepada para sahabatnya untuk bersedekah sebagai bekal pasukan perang. Maka berinfaklah para sahabat, kaya maupun miskin. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menginfakkan seluruh hartanya. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menginfakkan setengah hartanya. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu menginfakkan 100 kuda dan 300 unta lengkap dengan pelananya (dalam riwayat lain disebutkan 900 unta dan 100 kuda). Kaum wanita pun tak ketinggalan menginfakkan perhiasan-perhiasan mereka.
Namun ada pula para sahabat yang karena kemiskinan mereka hanya mampu menginfakkan 60 gantang sampai 120 gantang kurma. Kurma yang sedikit untuk membekali pasukan yang berjumlah besar? Benar, ia sedikit. Akan tetapi, yang mereka infakkan adalah seluruh dari apa yang mereka punyai. Mereka ingin memberikan makan kepada tentara berhari-hari. Bagi sebagian orang, mungkin infak mereka tersebut tidak berarti. Akan tetapi bagi mereka, infak tersebut banyak. Begitu juga di sisi Allah. Infak tersebut banyak, dan sangat banyak.
Ada ribuan saudara kita yang saat ini meregang nyawa di Palestina. Mereka butuh uluran tangan dan doa kita.
3. Memotivasi para Ulama, Da’i/Murabbi, Khatib dan para Penulis untuk menjaga Persatuan dan Kesatuan juga Menjelaskan Kezhaliman Israel dan musuh-musuh Islam
Kita menyayangkan sikap aktivis LSM yang selama ini dikenal sebagai pejuang keadilan masyarakat, namun tidak banyak berbicara—bahkan terkadang membisu—ketika umat Islam yang jadi korban. Juga menyesalkan sikap media massa—yang didominasi oleh kaum kuffar—yang pemberitaannya tidak seantusias jika yang jadi korban adalah nonmuslim. Jika korban dari kalangan nonmuslim, meski hanya satu orang, mereka heboh bukan main dengan membawa-bawa alasan pelanggaran HAM, korban terorisme, dan seterusnya. Jika yang jadi korban adalah umat Islam, maka banyak fakta yang tidak akan diungkap, atau fakta itu sengaja diputarbalikkan untuk menyudutkan kaum Muslimin.
Di sinilah peran para ulama, dai, khatib, maupun media milik umat Islam untuk menjelaskan fakta yang sebenarnya kepada umat.
4. Mengintrospeksi Diri terhadap Kelalaian dari Niat Berjihad
Dien Allah (Islam) tidak akan menang hanya dengan omong kosong belaka. Negeri-negeri Islam juga tidak akan terjaga hanya dengan pantun, lagu, dan syair.
Percik darah di Serambi Al Quds ini akan menaikkan tensi ghirah kita kepada Islam. Terutama kaum Muslimin Palestina. Jika bocah-bocah Palestina dengan lantang mengatakan, “Beri aku senjata, maka demi Allah, aku akan melawan mereka!” Maka bagaimana dengan kita?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam telah bersabda, artinya, “Barangsiapa meninggal dunia dan belum pernah berjihad atau belum meniatkan dirinya untuk berjihad, maka ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim).
Mari kita tanyakan pada diri kita, ketika kita menyaksikan pembantaian rakyat Palestina oleh zionis Israel, pernahkah terbetik dalam hati kita untuk berjihad? Ataukah hanya sebatas empati dan ucapan, “Kasihan”?
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda, artinya, “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Daud)
5. Memasifkan Kajian Islam Intensif untuk Memahamkan Generasi Muda Islam akan Permusuhan Yahudi dan Musuh-musuh Islam lainnya dan Mengingatkan kaum Muslimin akan Keutamaan Jihad
Tanyakan pada anak-anak muda, siapa idola mereka? Maka Anda akan mendengar kebanyakan jawaban mereka adalah para artis dan olahragawan. Tanpa peduli apapun agamanya. Karenanya, mereka bangga ketika bisa mengikuti tingkah dan budaya idola mereka, meskipun hal itu telah merambah daerah ritual keagamaan, seperti turut memperingati natal, tahun baru, dan ritual-ritual keagamaan lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120).
Karena kecintaan terhadap dunia, orang Islam jadi takut berjihad. Padahal, keutamaan jihad sangat banyak. Di antaranya (sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis shahih):
-Geraknya mujahid di medan perang diberikan pahala oleh Allah.
-Jihad adalah perdagangan yang untung dan tidak pernah rugi.
– Jihad lebih utama daripada meramaikan Masjidil Haram dan memberikan minum kepada jama’ah haji.
-Jihad merupakan satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid).
-Orang yang berjihad, meskipun dia sudah mati syahid namun ia tetap hidup dan diberikan rizki.
-Orang yang berjihad seperti orang yang berpuasa tidak berbuka dan melakukan shalat malam terus-menerus.
-Surga memiliki 100 tingkatan yang disediakan Allah untuk orang yang berjihad di jalan-Nya. Antara satu tingkat dengan yang lainnya berjarak seperti langit dan bumi.
-Surga di bawah naungan pedang mujahidin.
-Orang yang mati syahid mempunyai 6 keutamaan: (1) diampunkan dosanya sejak tetesan darah yang pertama, (2) dapat melihat tempatnya di Surga, (3) akan dilindungi dari adzab kubur, (4) diberikan rasa aman dari ketakutan yang dahsyat pada hari Kiamat, (5) diberikan pakaian iman, dinikahkan dengan bidadari, (6) dapat memberikan syafa’at kepada 70 orang keluarganya.
-Orang yang pergi berjihad di jalan Allah itu lebih baik dari dunia dan seisinya.
-Orang yang mati syahid, ruhnya berada di qindil (lampu/lentera) yang berada di surga.
-Orang yang mati syahid diampunkan seluruh dosanya kecuali hutang.
6. Menggunakan segala Cara yang dapat Mendatangkan Kerugian bagi Israel sekutu-sekutunya, seperti melakukan Boikot terhadap barang-barang yang mereka produksi atau perusahaan-perusahaan yang aktiv memberikan sokongan dana bagi Israel dan Menggunakan Seluruh Potensi yang ada untuk Menyiapkan Kekuatan dalam Menghadapi Musuh
Dulu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam memuliakan Masjidil Aqsha dan Palestina. Para sahabat kemudian membebaskannya dan menjadikannya sebagai wilayah Islam. Kini Palestina terjajah dan dizalimi. Darah bersimbah di bumi Palestina. Lalu apa yang telah kita persiapkan? Apa peran kita kawan?.
Wallahul Musta’ân wa Ilaihil Musytakâ (Dari berbagai sumber)